Senin, 31 Maret 2014

Rumah Bagi Jiwa


dimana kita memasuki ruang-ruang yang dipenuhi cahaya
meski dunia dilanda gelap-gulita
ini bukan tentang mimpi atau sulap
tapi ini tentang cinta, tempat kembali bagi jiwa

tempat tak selalu mampu mengikat seseorang
meski ia memberi banyak kenangan
karena keterikatan itu, bukan soal geografik

tempat bagi jiwa, ibarat semesta dalam miniatur dunia
yang merangkum seluruh daya magis
mencunci segala luka dengan usapan lembut

ia bagai penghitung waktu raksasa
yang sanggup ’menghentikan’ dunia
lupakan sejenak yang terjadi di luar sana

mungkin hinaan? kegagalan?
semua luruh dalam kasihnya
ada saat, kita hanya butuh satu  dari sekian juta manusia

sebagai tempat kembali

adiyasa, 29 Maret 2014 [untuk sahabatku, Rin]

Minggu, 30 Maret 2014

Bangkit


bangkit itu jatuh
tapi bagaimana kemudian berdiri kembali
bangkit itu takut
justru karenanya keberanian diperlukan

bangkit itu selalu melihat keterbatasan
karena keterbatasan, juga berlaku bagi  ketakutan
dan ia titik balik untuk temukan keberanian

bangkit, ia bukan tentang megahnya lambang
juga bukan teriakan garang yang menyiratkan perang
tapi sebuah”ruh” yang terus mengajak pada khalayak
menggugah nurani akan keadilan
menolak segala bentuk perampasan hak

bangkit itu tidak beranjak
karena komitmen membutuhkan kesetiaan
hingga keadilan menemukan ruangnya

Bangkit -- ada karena berbuat

 
Adiyasa, 31 Maret 2014