Kamis, 31 Maret 2011

Kursus Menulis Jurnalisme Sastrawi

Hari ini hampir tak ada warga yang mendapatkan breaking news dari suratkabar. Mereka mendapatkannya dari televisi, radio, sms, telepon atau internet. Tantangan baru muncul: bagaimana cara menulis panjang? Bukankah relevansi suratkabar makin terletak pada kemampuannya menyajikan analisis?

Inilah pentingnya The New Journalism. Ia mengawinkan disiplin paling keras dalam jurnalisme dengan daya pikat sastra. Ibarat novel tapi faktual. Gerakan ini dimunculkan Tom Wolfe pada 1973 di New York.

Genre ini kemudian dikenal dengan nama literary journalism atau narrative reporting. Suratkabar-suratkabar Amerika banyak memakai elemennya ketika kecepatan televisi dan dotcom memaksa mereka tampil dengan laporan-laporan yang analitis dan mendalam. Suratkabar tak mungkin bersaing cepat dengan televisi.

Pantau mulai menawarkan pengajaran genre ini pada media tahun 2001. Peserta maksimal 16 orang. Jumlah ini dianggap optimal untuk sebuah metode pelatihan. Setiap sesi 90-menit diformat serius namun santai. Peserta bisa berdiskusi langsung. Total, Pantau sudah mengadakan 18 kali kursus ini. Peserta datang dari berbagai kota, dari Banda Aceh hingga Jayapura, dari Pontianak hingga Kucing, dari Ende hingga Kupang. Alumninya, terus bermunculan. Ada yang menulis buku. Ada yang jadi pemimpin redaksi. Ada yang sekolah lanjut.

INSTRUKTUR
Janet Steele -- Profesor dari George Washington University, spesialisasi sejarah media, mengajar mata kuliah narrative journalism. Menulis buku The Sun Shines for All: Journalism and Ideology in the Life of Charles A. Dana dan Wars Within: The Story of Tempo, an Independent Magazine in Soeharto’s Indonesia, yang ahlibahahaskan oleh Arif Zulkifli dan diterbitkan oleh PT Dian Rakyat tahun 2007. Juga menulis tentang jurnalisme di Timor Leste dan Malaysia.

Andreas Harsono -- Wartawan feature service Pantau, anggota International Consortium of Investigative Journalists, mendapatkan Nieman Fellowship di Universitas Harvard. Menyunting buku Jurnalisme Sastrawi: Antologi Liputan Mendalam dan Memikat. Kini menyelesaikan buku From Sabang to Merauke: Debunking the Myth of Indonesian Nationalism, membahas hubungan media dengan kekerasan etnik, agama dan nasionalisme di Indonesia dan Timor Lorosae.

INSTRUKTUR TAMU
Wilson -- Sejarahwan, aktivis HAM, dan penulis. Sering menulis di berbagai media nasional, jurnal ilmiah, dan terbitan LSM. Peraih Michele Turner Award dari East Timor Relief Association (ETRA), Australia, November 1998 untuk katagori Esai Terbaik. Menerbitkan sejumlah buku. Karya terbarunya: “A Luta Continua” tentang gerakan pembebasan Timor Leste.


PESERTA
Peserta adalah wartawan, atau orang yang biasa menulis untuk media maupun blog.

Untuk informasi hubungi:

Siti Nurrofiqoh
P a n t a u
Jl. Raya Kebayoran Lama
No 18 CD Jakarta Selatan 12220
Telp/Fax. 021 722-1031/021-7221055
Siti_pantau@yahoo.com
www.pantau.or.id
Mobile. 0813 82 460 455

Tidak ada komentar: