Minggu, 08 Desember 2013

Pendatang Kehidupan Malam

21 Desember 2011 pukul 14:14


Gadis mungil berbadan kecil, dengan T. Shirt tetoron bendera amrik
Celana loreng pudar pendek, menyembulkan pangkal paha dari ujungnya
Ia menerobos kawasan belanja, meninggalkan tubuhnya, pada tatap setiap mata

Tenggelam di kawasan Mall Citra Raya, yang tak lagi bangga dengan budayanya
Yang lokal berganti ala internasional
Warung-warung  tradisional, diganti kafe-kafe megah, mewakili tangan penjajah

Sepatu beludru berbahan kaku, terlihat longgar diseret kaki mungil yang kasar
Dia berjalan, terus berjalan, menyerahkan tubuhnya dalam ganasnya temaram
Dia menunggu, untuk sebuah peruntungan, mungkin juga penganiayaan

Malam itu, dunia kegelapan mencatat pendatang baru

Hari ini Emak Dandan

 
 Hari ini Emak dandan
Tapi bukan dengan kain samping yang biasa ia gunakan
Hari ini emak dandan, tanpa kebaya seperti biasanya

Ia terlihat lebih cantik
Meski ekspresi di wajahnya sunyi bagai dataran semeru yang pernah kudaki
Ia bak ratu sehari, dan seluruh perhatian tetangga engkau curi

Kulihat ia tersenyum, meski keinginannya belum kukabulkan
Keinginan melihatku memiliki pekerjaan
Keinginan mengganti kebaya dan kain pudarnya

Tapi ia kini diam, meski kutahu percakapan yang lalu belum selesai
Mungkin ia tak ingin terlalu jauh mendengar kekasaranku
Dan kemarin, tak setetes airpun ia teguk.

Emak  marah padaku?

Ini hari ibu, iiinkan aku bersujud di kakimu
Menyematkan penghormatan untukmu
Tapi…kenapa kakimu beku?

Kemarin, ketika dunia memberi penghormatan bagi para ibu
Semua kerabat, tetangga, dan sanak-saudara melakukan untuknya
Hari ini Emak bak pengantin, diiring menuju tempatnya yang terakhir

Emak pergi, meningglkan kebaya pudar yang belum sempat kuganti
  
23 Desember 2011 pukul 12:36 (catatan untuk seorang teman)