Cerpen
Perempuan muda dan
seorang lelaki yang terpaut 10 tahun usianya. Menduduki bangku tunggu stasiun kereta. Mereka
bercengkrama, berbisik, tertawa.
Tak lama hp lelaki berdering. Segera keduanya beringsut, menuju tempat paling sudut.
Sesaat lelaki menerima telepon.
Wajah perempuan muda laksana tersaput bara. Tapi kecupan mesra di pipi, kening
dan bibir, luruhkan amuk di dalam dada.
Yang perempuan segera menjauh, menuju Mini Market terdekat. Ia membeli air minum botol kecil merk Aqua, sebungkus roti merk Mr.
Bread. Mengambil posisi membelakangi arah lelaki, ia membuka segel roti, tanpa
menoleh lagi...
Seorang perempuan usia
lebih tua dan lebih gemuk menghampiri si lelaki. Perempuan itu terlihat mengungkapkan
kekesalannya -- sms yang tak dibalas, telpon yang berkali tak diangkat. Ketegangan
kecil hanya berlaku sepihak seiring lelaki melangkah menuju loket.
Menaiki tangga, bukannya malah cepat, melainkan berhenti. Membuka sms, melirik ke arah Mini Market. Perempuan kedua menatap heran, menahan ketaksabaran. Seiring pengeras suara petugas stasiun yang memberitahu bahwa kereta segera akan tiba.
Dalam jeda menunggu lelaki kembali…
“Perempuan pertama keluar dari Mini Market. Hampiri tempat sampah, membuang bungkus roti yang masih menyisakan isi, hampiri perempuan kedua. Terdiam sesaat, dan…
“Hm, mau ke mana bu?”
“Mau ke Depok. Mbak mau ke mana?”
“Ke Depok juga.”
“O, kalau begitu kita searah. Bareng-bareng saja nanti. Sudah lama di sini?”
“Masih baru.”
“Asalnya dari mana?”
“Kedu.”
Tak ada pilihan lain, lelaki harus maju. Dengan langkah gamang, ia mendekat pada kedua perempuan itu.
“Pak, sini pak. Ini si Mbak juga mau ke Depok Pak. Katanya mau mengunjungi saudaranya di sana.”
“O iya?”
Parung, 15 November 2013
Menaiki tangga, bukannya malah cepat, melainkan berhenti. Membuka sms, melirik ke arah Mini Market. Perempuan kedua menatap heran, menahan ketaksabaran. Seiring pengeras suara petugas stasiun yang memberitahu bahwa kereta segera akan tiba.
Dalam jeda menunggu lelaki kembali…
“Perempuan pertama keluar dari Mini Market. Hampiri tempat sampah, membuang bungkus roti yang masih menyisakan isi, hampiri perempuan kedua. Terdiam sesaat, dan…
“Hm, mau ke mana bu?”
“Mau ke Depok. Mbak mau ke mana?”
“Ke Depok juga.”
“O, kalau begitu kita searah. Bareng-bareng saja nanti. Sudah lama di sini?”
“Masih baru.”
“Asalnya dari mana?”
“Kedu.”
Tak ada pilihan lain, lelaki harus maju. Dengan langkah gamang, ia mendekat pada kedua perempuan itu.
“Pak, sini pak. Ini si Mbak juga mau ke Depok Pak. Katanya mau mengunjungi saudaranya di sana.”
“O iya?”
Parung, 15 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar