jika kejahatan
terus berdesakan hingga tak lagi bernama
bagaimana kita
mengingat?
karena jiwa-jiwa
terus melayang dalam tabir yang tak terungkap
dan yang hidup tak
lagi ”hidup” ketika...
jiwa terpecah oleh
kekosongan bernama lapar yang menggelapkan mata
merayap dan
tergiring dalam keterbelakangan yang sunyi
kita tahu apa itu
kejahatan, pengingkaran, pengkhianatan, penindasan
kadang membuat kita
tunggang-langgang mencari aman
kadang melahirkan tindakan
balik bernama perlawanan!
tapi, ketika semua terjadi
secara bertubi kita bagai tuli
ketika semua terus
berulang kita menjadi gamang
ketika semua terus
berlangsung kita menjadi limbung
ternyata,
membungkam tak perlu dengan senjata
karena luka yang
mendalam sanggup mendiamkan
menghilangkan
seluruh kata, barangkali cara
tapi jangan lupa
wahai penguasa!
diam itu berjiwa,
yang tak tertebak
sebagaimana kita
tahu bahwa putus asa juga berjiwa
jiwa yang sanggup
melampaui jiwanya sendiri
dan...perang
terkadang bermula dari hati yang sepi
jiwa yang terlukai
menuju ambang batas raionalitas
Cikuya, 21 April 2014 [nuansa batin jelang 1 Mei]
Cikuya, 21 April 2014 [nuansa batin jelang 1 Mei]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar