Senin, 21 April 2014

Misteri Sebuah Tepi


 
bagaimana melawan lupa?
jika kejahatan terus berdesakan hingga tak lagi bernama
bagaimana kita mengingat?
karena jiwa-jiwa terus melayang dalam tabir yang tak terungkap

dan yang hidup tak lagi ”hidup” ketika...
jiwa terpecah oleh kekosongan bernama lapar yang menggelapkan mata
merayap dan tergiring dalam keterbelakangan yang sunyi

kita tahu apa itu kejahatan, pengingkaran, pengkhianatan, penindasan
kadang membuat kita tunggang-langgang mencari aman
kadang melahirkan tindakan balik bernama perlawanan!

tapi, ketika semua terjadi secara bertubi kita bagai tuli
ketika semua terus berulang kita menjadi gamang
ketika semua terus berlangsung kita menjadi limbung

ternyata, membungkam tak perlu dengan senjata
karena luka yang mendalam sanggup mendiamkan
menghilangkan seluruh kata, barangkali cara

tapi jangan lupa wahai penguasa!
diam itu berjiwa, yang tak tertebak
sebagaimana kita tahu bahwa putus asa juga berjiwa
jiwa yang sanggup melampaui jiwanya sendiri

dan...perang terkadang bermula dari hati yang sepi
jiwa yang terlukai
menuju ambang batas raionalitas

Cikuya, 21 April 2014 [nuansa batin jelang 1 Mei]

Tidak ada komentar: