Selasa, 27 Maret 2012

Lilin

oleh fiqoh

Kita sering mendengar tentang perumpamaan, bahwa pejuang itu bagaikan lilin. Bagaimana menurut Anda?

“Bisa menerangi sekitarnya, diri sendiri terbakar. Seperti itulah pejuang. Tetapi susah untuk menjalankan,” kata seorang teman.

“Seperti pejuang kemerdekaan, mereka mengorbankan jiwa dan raga tapi tidak menikmati hasilnya,” jawab teman saya yang lain.

Bagaimana dengan kita? Siapakah dari kita yang ingin seperti lilin? Dan siapakah yang tidak ingin?

Lilin yang menyala dan menerangi sekitarnya. Lilin yang memberi cahaya dalam gelap. Tapi juga lilin yang sedikit-demi sedikit tubuhnya meleleh, terbakar dan habis!

“Bisakah kita seperti itu? Sebagai kepala keluarga saya harus memberi makan anak dan istri, kalau saya terbakar, bagaimana dengan keluarga?” teman yang kedua bertanya dalam bimbang.

Jika pertanyaan itu tidak terjawab, kita semua akan gelap. Dan memilih menjadi atau tidak menjadi, kita tetap terbakar dan meleleh, bersama habisnya usia kita di dunia.

Lilin hanyalah perumpamaan, dari perjalanan hidup setiap individu tanpa kecuali – saya juga anda. Sejak kita dilahirkan, dewasa dan beranjak tua. Kita menghabiskan usia sedikit demi sedikit. Hingga kita menuju liang lahat. Itu sama dengan tubuh lilin yang meleleh, habis dan padam.

Bedanya, lilin padam karena memberikan cahaya, sedang manusia yang mati, belum tentu meninggalkan amal perbuatan yang baik, yang bisa dikenang, yang bisa memberi inspriasi orang lain – bagai cahaya lilin itu.

"Membakar" diri, sejatinya melambangkan sebuah pengorbanan dan semangat juang. Pengorbanan yang bisa menghadirkan cahaya, baik untuk diri kita sendiri maupun orang-orang di sekitar kita. Padam setelah memberi terang, jauh lebih berharga. Karena setidaknya, kita pernah berbuat sesuatu dan berguna, bagi kehidupan dan sesama.

Mari saling membakar, mari saling terbakar. Dalam semangat juang, semangat berkorban, demi cahaya yang akan selalu menghidupkan harapan, bahkan di saat kegelapan melanda.

Menjadi lilin bukan hanya milik orang yang kita beri gelar pejuang. Tapi milik semua manusia yang hidup. Yaitu kita.


Adiyasa, 27 Maret 2012

1 komentar:

HeartFX mengatakan...

http://jhonrafalle.wordpress.com

Tukeran Link Yuk.... mau ya/??

Thanks