Rabu, 20 Agustus 2014

Sebuah Kemungkinan


Ketetapan upah membuat kita melakukan ketetapan kerja. Pergantian menit, perubahan hari, bagai selaksa pelangi.

Hari hanya menjadi penanda, kapan senin panjang dimulai. Kapan sabtu pendek akan tiba. Itulah hari kerja.

Dan kita lupa, atau...mungkin dipaksa lupa ada ketentuan lain. Bahwa misteri, ada dalam rasa kita sendiri – hari yang sama bisa memberi makna berbeda, tergantung apakah seseorang sedang menunggu, atau sedang enggan menyudahi sebuah momen.

Penjajahan, tidak selalu karena kita diburu dan diberondong peluru. Tapi ketika diikat pada kebiasaan, yang menjadi palang kebebasan.

Rumah. Makan. Kerja. Jalan.
Jam kerja bagai palang, pribadi di ujung kendali.
Kemarin nurani terbunuh, esok antagonisme telah tumbuh.

Mari...sejenak saja kita menepi.
Untuk sekedar melihat kembali ke dalam diri. Barangkali, kita tak harus terus berlari.

Mari...sejenak saja kita berhenti.
Agar bisa kita lihat dan dapati, betapa banyak persimpangan di setiap jalan yang kita tempuh. Untuk membuat pilihan-pilihan kembali. Karena masa depan tidak berada dalam ketetapan yang sekarang, melainkan sebuah kemungkinan.

Kemungkinan, menyimpan banyak hal tentang hidup.

Adiyasa, 21 Agustus 2014

Tidak ada komentar: