Rabu, 28 September 2011

Independen Anti Klimaks

oleh fiqoh

Andreas Harsono: independen terkadang membuat kita menggigit jari tangan orang yang memberi kita makan. Dan aku melihat, betapa orang lebih memilih hengkang meninggalkan lingkungan kerja atau organisasi karena tak tahan dengan ketidakadilan.

Di mana sikap independen itu?

Menurut pendapat kebanyakan rekanku, lebih baik pergi kalau sudah tak bisa dibenahi. Dan tindakan kebanyakan, mereka memilih mundur, keluar kerja – memecat diri sendiri.

Lho, menzalimi diri sendiri saja berani. Tapi kenapa mencoba mengargumenkan dan mempertahankan prinsip yang benar kok takut? Memperjuangkan hak-hak keadilan takut?

Tindakan-tindakan di atas, gentle atau pengecut?

Entahlah. Tapi bahwa pola terbalik sudah terlanjur lekat dan memakan korban yang begitu banyak. Makanya, kalau pimpiman sudah nggak suka, segala kesalahan bisa dicari dan diada-ada. Bila perlu, intimidasi saja. Pasti pekerja akan keluar dengan sendirinya.

Mengingat perkataan Mas Andreas, ingat juga akan pepatah Inggris ini -- birds of the same feather flock together (burung yang sama bulunya akan hinggap bersama).

Bagaimana jika beda?

Independen itu tetap berdiri teguh, memegang prinsip, tetap jernih, meski di dalam air yang keruh.
Independen itu tak takut berbeda, meski segalanya menjadi tak leluasa.
Independen itu menjadi burung dengan bulunya sendiri, meski ia bertengger di antara burung yang berbeda bulu
Independen itu tidak menjadi ofortunis, meski lingkungan sudah berubah bengis

Independen…
Memang kadang menggigit jari tangan yang “memberi” makan
Karena isi kepala, batin, jiwa, tidak sama dengan isi perut!


Independen tanpa sikap, adalah independen yang antikilmaks.


Jakarta, 29 Sept 2011 pkl :07:45 (menuggu buka pintu kantor)

Tidak ada komentar: