Peristiwa besar sering terjadi tanpa
disaksikan wartawan. Kita butuh peran warga yang berada di dekat atau di tengah
peristiwa untuk memberikan informasi. Pewarta ini biasa kita sebut dengan
Citizen Journalism atau Jurnalisme Warga. Karenanya, skill menulis penting
dimiliki oleh siapapun.
Lily Yulianty Farid pengelola situs
berita Panyingkul menyampaikan hal di atas pada sebuah sesi kursus menulis Pantau,
16 September 2009.
Sebelum terjadi revolusi teknologi informasi
seperti sekarang ini, saksi mata rata-rata bersikap pasif. Kini, dengan kamera
digital di tangan, handphone, dan kemudahan mengakses internet, membuat
kita punya privilege, sama seperti wartawan profesional, dan bisa
memproduksi berita sendiri.
Bagai sebuah fenomena, orang-orang yang
memegang kamera di tangan, berkecenderungan untuk mendekat pada peristiwa
seperti lokasi gempa, tsunami, tanggul jebol, hingga lokasi ledakan bom.
Membuat berita sendiri, menjadi hal yang
tak kalah penting ketika media mainstream
kadang jarang berpihak pada peristiwa sehari-hari, yang jauh lebih riil dari
angka statistic, atau berita sekilas seperti straight news.
Pertanyaannya, di mana mereka
mendistribusikan hasil rekaman, tangkapan kamera, tulisan, atau video-nya?
Saat ini kita mengenal apa yang disebut
personal media. Di era kecanggihan teknologi, ia memiliki kedudukan sama.
Berita dari BBC, CNN, facebook, website, blog, semuanya sama-sama
tampil di layar monitor saat kita membuka internet. Menurut Lily, yang
membedakan hanyalah kualitasnya.
Karenanya, memiliki skill menulis jauh
lebih penting selain kecanggihan perangkatnya. Di sinilah, citizen
journalism perlu terus membekali diri mengenal etika dan kaidah jurnalisme,
layaknya yang diajarkan di kantor-kantor redaksi.
Citizen journalism, bahkan menjadi alternatif bagi banyak kalangan. Baik
pekerja profesional, orang-orang NGO, LSM, juga para wartawan yang frustasi
dengan sistem media dimana mereka bekerja, yang tak bisa memuat berita-berita
terbagus mereka. Banyak media yang berprinsip semakin singkat berita semakin
baik. Jika demikian, bagaimana dapat menyajikan tulisan yang menawarkan kebaruan,
komprehensif, mendalam dan analitis?
Memproduksi berita sendiri, menurut Lily
sangat krusial di dalam citizen journalism. Supaya kita tidak latah
menyikapi berita yang seragam. Contoh, ketika Britney Spears menggunduli
rambutnya, maka berita itulah yang kita baca di berbagai media di berbagai
wilayah seperti Jakarta, Banten, Makassar dan di mana mana.
Citizen journalism bertujuan mengembalikan fungsi mulia media massa itu
sebagai fungsi pendidik, penegak demokrasi, ketika fungsi informasi sudah
dipengaruhi oleh kepentingan bisnis. Berita ekonomi tidak lagi bertema ekonomi
kerakyatan melainkan tentang peluncuran produk.
Dalam pendangan Lily, berita-berita lokal
justru diperlukan di dalam Indonesia yang kaya akan keragaman. Untuk konteks
negara yang memiliki masalah dengan demokrasi, masalah demokrasi itulah yang
harusnya terus diangkat. Isu-isu tersebut bukan hanya menjadi tugas kalangan
aktivis saja, tapi juga kita semua, melalui peranan citizen journalism.
“Kabarkan yang terjadi di sekitarmu,
karena trend media pada umumnya semakin seragam,” pungkas Lily.
Jakarta, 16 September 2009 (Fiqoh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar