Minggu, 18 April 2010

Saksi Mata

Peristiwa besar sering terjadi tanpa disaksikan wartawan. Kita butuh peran warga yang berada di dekat atau di tengah peristiwa untuk memberikan informasi. Pewarta ini biasa kita sebut dengan Citizen Journalism atau Jurnalisme Warga. Karenanya, skill menulis penting dimiliki oleh siapapun.

Lily Yulianty Farid pengelola situs berita Panyingkul menyampaikan hal di atas pada sebuah sesi kursus menulis Pantau, 16 September 2009.

Sebelum terjadi revolusi teknologi informasi seperti sekarang ini, saksi mata rata-rata bersikap pasif. Kini, dengan kamera digital di tangan, handphone, dan kemudahan mengakses internet, membuat kita punya privilege, sama seperti wartawan profesional, dan bisa memproduksi berita sendiri.

Bagai sebuah fenomena, orang-orang yang memegang kamera di tangan,  berkecenderungan untuk mendekat pada peristiwa seperti lokasi gempa, tsunami, tanggul jebol, hingga lokasi ledakan bom.

Membuat berita sendiri, menjadi hal yang tak kalah penting ketika media mainstream kadang jarang berpihak pada peristiwa sehari-hari, yang jauh lebih riil dari angka statistic, atau berita sekilas seperti straight news.

Pertanyaannya, di mana mereka mendistribusikan hasil rekaman, tangkapan kamera, tulisan, atau video-nya?

Saat ini kita mengenal apa yang disebut personal media. Di era kecanggihan teknologi, ia memiliki kedudukan sama. Berita dari BBC, CNN, facebook, website, blog, semuanya sama-sama tampil di layar monitor saat kita membuka internet. Menurut Lily, yang membedakan hanyalah kualitasnya.

Karenanya, memiliki skill menulis jauh lebih penting selain kecanggihan perangkatnya. Di sinilah, citizen journalism perlu terus membekali diri mengenal etika dan kaidah jurnalisme, layaknya yang diajarkan di kantor-kantor redaksi.


Citizen journalism, bahkan menjadi alternatif bagi banyak kalangan. Baik pekerja profesional, orang-orang NGO, LSM, juga para wartawan yang frustasi dengan sistem media dimana mereka bekerja, yang tak bisa memuat berita-berita terbagus mereka. Banyak media yang berprinsip semakin singkat berita semakin baik. Jika demikian, bagaimana dapat menyajikan tulisan yang menawarkan kebaruan, komprehensif, mendalam dan analitis?

Memproduksi berita sendiri, menurut Lily sangat krusial di dalam citizen journalism. Supaya kita tidak latah menyikapi berita yang seragam. Contoh,  ketika Britney Spears menggunduli rambutnya, maka berita itulah yang kita baca di berbagai media di berbagai wilayah seperti Jakarta, Banten, Makassar dan di mana mana.

Citizen journalism bertujuan mengembalikan fungsi mulia media massa itu sebagai fungsi pendidik, penegak demokrasi, ketika fungsi informasi sudah dipengaruhi oleh kepentingan bisnis. Berita ekonomi tidak lagi bertema ekonomi kerakyatan melainkan tentang peluncuran produk.

Dalam pendangan Lily, berita-berita lokal justru diperlukan di dalam Indonesia yang kaya akan keragaman. Untuk konteks negara yang memiliki masalah dengan demokrasi, masalah demokrasi itulah yang harusnya terus diangkat. Isu-isu tersebut bukan hanya menjadi tugas kalangan aktivis saja, tapi juga kita semua, melalui peranan citizen journalism.

“Kabarkan yang terjadi di sekitarmu, karena trend media pada umumnya semakin seragam,” pungkas Lily.

Jakarta, 16 September 2009 (Fiqoh)

Tidak ada komentar: